Jumat, 29 Agustus 2008

Ta'aruf versus Pacaran

Cinta adalah anugerah terbesar yang diberikan kepada kita dari Sang pemilik cinta menjadi bekal untuk menghias dunia ini dengan keindahan kasih sayang. Mencintai sesama hal terindah yang pernah tersusun dalam skenario hidup. Sebuah skenario tertata apik, tak tersentuh dengan kecacatan alur cerita sebuah hasil karya yang berasal dari yang Maha Sempurna.

Cinta yang terpendam adalah sebuah kesalahan dalam memahami tujuan cinta itu diciptakan, melampiaskan cinta tanpa aturan adalah kebodohan terbesar dalam memahami fungsi cinta.

Pacaran adalah hal terindah yang pernah terjadi menjelang memasuki usia remaja. Sebuah status yang setiap remaja bangga bila menyandangnya. Saling memberi perhatian, membantu pasangan bila membutuhkan pertolongan, merayakan hari ulang tahun masing-masing pasangan, memberi kado pada tanggal 14 februari tatkala perayaan hari valentine, jalan bareng bila ada perayaan-perayaan yang sifatnya public party, nongkrong ditempat-tempat rekreasi, pantai, gunung, tak terkecuali daerah yang tak terjangkau oleh keramaian adalah tempat terfavorit bagi remaja pacaran. Pacaran menjadi alasan terbesar dalam status menjajaki watak dan kepribadian pasangan disamping upaya pendekatan dengan keluarga pasangan untuk melegalkan hubungan. Pacaran juga dijadikan ajang untuk menghindari rasa sepi bila sendirian, berbagi cerita, suka dan duka, sampai menyusun rencana masa depan, pacar adalah solusi termurah dibanding harus menyewa konsultan. Sebuah definisi pacaran yang melegalkan istilah pacaran dibanding ta'aruf yang ditawarkan oleh Islam.

Ta'aruf layaknya sebuah ritual kaku dalam upaya mengenal pasangan, pertemuan yang lebih mirip dengan dengan konferensi, suasana yang kental dengan aturan yang mengekang kebebasan mengenal pasangan, sangat kontras perbedaannya dengan pacaran. Etika berbicara, menatap, tersenyum, tertawa semuanya tak sebebas seperti yang ditawarkan oleh pacaran. Tak pernah ada kata berdua-duaan, sebab tak pernah akan ada cela bagi iblis yang diberikan ketika ta'aruf menjadi prioritas dalam mencari pasangan menjalin cinta.

Ta'aruf adalah sebuah prosedur yang terhitung 'njelimet' menurut ukuran yang pro dengan istilah pacaran, terutama dalam implementasinya. Banyak aturan-aturan ta'aruf yang sifatnya mengekang dalam proses mengenal pasangan bahkan menurut sebagian para remaja yang sempat penulis interview, 95% menyatakan bahwa aturan-aturan Ta'aruf mustahil bisa diterapkan dan mereka meragukan hasil yang akan diperoleh ketika aturan tersebut diterapkan. Sebuah pemahaman yang lahir dari pemikiran yang terkontaminasi dengan paham serba instan dan terburu-buru dalam mem-vonis serta terlalu cepat meng-klaim tanpa mau mencoba membuktikan, lantaran besarnya kekuatan nafsu sehingga meng-kaburkan kejernihan berfikir disamping sikap arogansi untuk menerima kebenaran atas defenisi dalam menjalin hubungan seperti yang dikandung dalam istilah ta'aruf dan pasti sedikitpun tidak pernah relevan ketika makna tersebut dikaitkan dengan istilah pacaran.

Menerima kebenaran memang tidak semudah ketika kita menyatakan dengan lisan semata sebab dibutuhkan keberanian yang cukup besar untuk melakukan hal itu, sebab resiko yang akan didapat. Cemohan, ejekan, ter-marjinal-kan dari pergaulan bahkan tidak jarang ada yang harus menebusnya dengan nyawa.

Kasih Sayang Berbuah Durhaka

Memberi kasih sayang adalah fitrah yang lahir dari setiap insan sebagai refleksi tanggung-jawab dan upaya melindungi keturunannya. Hidup tanpa kasih sayang bak ruang hampa udara, badan tanpa jiwa, roda kehidupan berputar tak bermakna. Tatkala kepekaan sosial dalam kondisi memprihatinkan menunjukan indikasi kehidupan yang bergulir tanpa mengenal arti kasih sayang. Status selaku makhluk sosial hanya legitimatif ketika kondisi kemasyarakatan tidak memiliki alternatif yang lain selain individu tersebut untuk berperan di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Kasih sayang yang berlebihan melebihi standart kasih sayang itu sendiri kelak memicu kecemburuan sosial diantara para penerima kasih sayang tersebut. Betapapun upaya yang dilakukan untuk memenuhi standart adil dalam memberi kasih sayang tersebut, namun defenisi keadilan dari masing-masing individu punya asumsi yang berbeda, sehingga membentuk tembok pemisah yang bila tidak disiasati dengan cerdas akan menjadi potensi pemicu konflik intern keluarga yang tidak menutup kemungkinan merembet pada pembentukan watak negatif ketika bergaul dengan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

Rasa kasih yang berlebihan memberi dampak yang positif bagi perkembangan jiwa sang anak, namun perlu diwaspadai juga akan dampak negatif yang akan diperoleh oleh sang anak. Sikap manja, rasa ketergantungan yang besar, sikap kurang mandiri bahkan sikap mendramatisir keadaan yang tidak proporsional kelak akan membentuk kepibadian yang tidak pantas untuk direkomendasikan ketika lingkungan membutuhkan figure seorang pemimpin, figure suami bagi seorang istri yang mendambakan pelindung, pembimbing, pengayom, figure seorang istri shalehah bagi seorang suami yang membutuhkan penyejuk hati, mendidik anak-anak, mengatur rumah tangga, serta figure ayah bagi seorang anak yang membutuhkan teladan terbaik, idola dan pahlawan serta pendidik yang komitmen membina keluarga sakinah.

Tatkala seleksi alam menyerap potensi pemimpin yang bertanggung jawab, kekuatan kasih sayang tidak banyak memberi bantuan pada reputasi sang anak sebab dominasi sikap manja dan porsi ketergantungan pada orang lain sangat tinggi membentengi terbentuknya kepribadian yang berorientasi kemandirian dalam usaha, kematangan dalam emosional, mantap dalam proses pengambilan keputusan dan tegar menghadapi problema hidup serta komitmen pada kebijakan-kebijakan yang telah dibuat.

Seiring berjalannya waktu kehidupan pada rel keseimbangan alam, perbendaharaan kasih sayang mulai berkurang, sang anak mulai merasakan perubahan kasih yang memberi efek pada berkurangnya perhatian orang tua pada anak, memberi implikasi pada jiwa sang anak yang adiktif pada kasih sayang yang tidak semestinya, melahirkan sikap berontak dan muncul perasaan unsafety dari sang anak, puncaknya menghalalkan segala cara untuk memenuhi kembali kebutuhan perhatian dan kasih sayang karena kondisi mental tidak seperti yang semestinya.

Harapan pemberi kasih sayang jauh dari sasaran yang diinginkan. Kebaikan yang diharapkan berujung dengan kedurhakaan yng berakar dari ketidakpuasan sang anak dalam memenuhi kebutuhan bathin akan kasih sayang tidak seperti yang diharapkannya. Muncul prasangka dari sang anak yang mengklaim kasih sayang yang selama ini yang dia peroleh akan beralih ke orang lain, suatu hal kecil yang kadang luput bahkan dianggap remeh oleh para orang tua yang memang sudah bingung mewujudkan kasih sayangnya setelah mem-porsir-nya ketika sang anak belum terlalu membutuhkannya.

Tatkala sang anak kecewa bersamaan dengan jiwanya yang labil, dilain pihak para orang tua sudah merasa cukup memberi perhatian dan kasih sayangnya, pengaruh lingkungan adalah alternatif jawaban bagi sang anak. Ketika pengaruh lingkungan itu bermuatan positif maka jiwa labil sang anak akan kembali pada fitrahnya, namun bila sebaliknya, jiwa labil sang anak akan berubah menjadi watak frontal, pribadi yang bringas, kehilangan kendali diri, kepedulian sosialnya hilang, tanggung jawab moralnya tidak ada, bahkan keselamatan dirinya sekalipun, luput dari perhatiannya. semua itu terjadi sebagai wujud sikap protes dan mencari-cari perhatian untuk memperoleh kembali porsi kasih sayang yang kian hari kian berkurang.

About

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia adalah produk pemikiran mereka yang tidak senantiasa bisa lebih fleksibel memberikan solusi problem dari generasi yang berbeda bahkan pada generasi yang sama sekalipun, masih belum mampu menjawab seluruh problema hidup yang terjadi.

Negara tidak akan pernah jauh lebih maju kalau harus terus menerus memikirkan kerancuan aturan-aturan bernegara yang tidak pernah compatible dengan kebutuhan warga negaranya, sementara tugas negara yang jauh lebih urgen, membangun negara dari segala aspek membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi tanpa harus diganggu dengan ulah warga karena merasa tertindas setelah implementasi aturan yang bermuatan sarat dengan kepentingan sebagian kecil warga negara ini dengan memarjinalkan kepentingan kelompok yang jauh lebih besar.

Ketika Komitmen Bersama DiKhianati

Senin, 25 Agustus 2008 adalah hari dan tanggal yang patut direkam dalam pita sejarah STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati Tarakan. Sebuah kejadian yang cukup memalukan bila ditinjau dari masalah yang menjadi persoalan konflik antara Wakil Ketua III, Ketua Panitia Remidiasi, dan beberapa orang yang mengaku aktivis yang tergabung dalam organisasi pencinta alam STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati Tarakan. Konflik yang sebenarnya tidak akan terjadi bila pihak pemicu konflik mau bersikap lebih dewasa. Menurut data yang penulis peroleh permasalahan yang menjadi alasan bagi pemicu konflik untuk meng-complain permasalahan tersebut kepada Wakil Ketua III STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati adalah proses pemecatan anggota panitia Remidiasi yang berasal dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) MAPALA STMIK PPKIA Tarakan.

Berawal dari sebuah kesepakatan bersama serta sangsi yang dikenakan bila terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut, hal ideal yang patut dan sewajarnya ketika mengawali sebuah kegiatan yang kalau tidak ingin dikatakan sebagai kegiatan unprocedure. Sebuah niat dan upaya yang bermuatan positif dan tindakan yang bernilai mendidik serta melatih siapapun yang terlibat dalam struktur kegiatan tersebut bergerak secara sistematis dan terencana. Skill kepemimpinan tampak nyata memberi kontribusi besar bila apa yang menjadi target kegiatan terealisasi sesuai dengan apa yang telah tertuang dalam draft program-program kerja. Disamping kemampuan me-manage individu-individu yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut agar terbina integrasi kinerja yang solid.

Secara teori, senioritas tidak mempunyai legitimasi untuk mendikte, sekalipun ditinjau dari sisi struktural keorganisasian, dalam kondisi tertentu hal tersebut diperbolehkan. Hal tersebut tidak perlu terjadi bila proses pembelajaran dan pembentukan kader penerus pemegang tongkat estafet masih mencoba menerapkan embrio pemikiran yang lahir dari ide sebuah perubahan. Saling mempercayai dan upaya memberi peluang kepada orang lain adalah kebijaksanaan yang hanya lahir dari sosok seorang pemimpin sejati, bukan dari seorang aktivis yang berorientasi pada popularitas.

Ketika keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi berorientasi pada intonasi popularitas, dapat diprediksi perubahan yang terjadi jauh lebih lamban, bahkan kader-kader yang unrepresentatif menjadi produk organisasi yang mendominasi perjalanan karir dan mewarnai pergerakan organisasi tersebut. Lahir kader-kader asbun, berteriak lantang namun tak ada muatan bobotnya, kritikus-kritikus yang salah alamat, salah kaprah memvonis tanpa dasar dan tidak adanya kajian mendalam ketika mengkritik sebuah kebijakan yang sedikitpun tak patut dikritisi. Kader yang menepuk air, lantas yang basah justru wajah sendiri.

Harga sebuah komitmen bersama, sama sakralnya dengan sebuah kebenaran hakiki yang patut dijaga, bukan justru mencemarinya dengan upaya mencari popularitas dan kepentingan pribadi. Ketika kepentingan pribadi dan mencari kekuasaan menjadi motif sebuah pergerakan, maka ukuran dan bobot perjuangannya tidak layak untuk mengganti harga diri yang harus dikorbankan dan dapat disetarakan dengan harga botol bekas di meja jual para pemulung.

Untuk mencari pengkhianat komitmen bersama penulis tidak punya hak untuk mengatakannya disini, sebab yang dapat melakukan itu adalah nurani bersih yang cinta pada kejujuran lubuk hati.

Sabtu, 02 Agustus 2008

Home

Perdamaian yang ditawarkan oleh negara adidaya saat ini hanyalah sebuah klise ketamakan akan kekuasaan yang berakar dari nafsu belaka. Segala upaya dan trik pemikiran yang dibuat, hanya berorientasi pada usaha untuk mendominasi opini publik dunia yang selama ini dibuat buram terhadap sebuah kenyataan akan sebuah kebenaran yang telah lama terbungkus produk pemikiran yang lahir dari kebejatan moral orang-orang yang memusuhi Islam sebagai satu-satunya agama pengusung kebenaran sejati.

Realita sejarah dan peristiwa secara gamblang bercerita pada dunia betapa sebuah kebenaran telah diputarbalikkan sesuai dengan keinginan para penguasa dunia saat ini. Kenyataan sejarah dipulas menutupi akan peristiwa yang sebenarnya, tindakan manipulatif dalam upaya mempertahankan eksistensi diri pada puncak kekuasaan. Sehingga legalitas kebijakan yang keji bukan lagi hal yang tabu ketika ingin mengembangkan sayap kekuasaan. Skenario pelanggaran HAM, penegakkan semangat demokrasi, menjaga perdamaian dunia menjadi misi terselubung dalam upaya menguasai negara yang berani keluar dari koridor yang dibangun oleh negara-negara persekutuan tirani otoriter.

Sepanjang sejarah, Islam tetap menjadi sebuah kendaraan lapis baja yang membawa amunisi kebenaran yang sedikitpun tak pernah gentar menghadapi berbagai ancaman, ragam tindakan diskriminatif, label teroris dan boikot hak hidup nyaman, tentram dan damai, yang terus berjalan menuju perwujudan syi'ar Islam di dunia ini. Tetap berjuang saudara-saudaraku, rapatkan shaf, komitmen pada Alqur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Hanya satu solusi untuk menjawab kebutuhan dunia akan perdamaian, TEGAKKAN SYARIAT ISLAM.

Jumat, 01 Agustus 2008

Contact

Seluruh artikel yang dimuat di dalam webblog ini adalah murni hasil pemikiran sang penulis, artikel-artikel tersebut boleh di-copy, dikutip, dan disebarkan untuk kepentingan umum sepanjang nama penulis disertakan dalam artikel-artikel tersebut.

Isi artikel yang menyinggung, mengkritik, kontroversi, dan kontradiksi dengan pihak tertentu yang merasa dirugikan sedikitpun tidak ada sangkut-pautnya dengan instansi yang kebetulan mirip dengan nama penulis, hal itu terjadi hanya sebuah kebetulan yang responsif karena ketersediaan username yang terbatas pada database domain webblog tempat penulis mendaftar.

Penulis dapat dihubungi melalui email : ushacker08@gmail.com, semua konten webblog ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya, autentisitas artikel semuanya berdasarkan fakta sosial yang real tanpa mengada-ada. Kritik dan dan saran yang konstruktif adalah pelengkap artikel webblog ini. Gading yang retak bila ada upaya eksternal akan berharga lebih mahal dibanding gading retak yang sarat akan kritikus yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Links