Rabu, 03 September 2008

Emansipasi Wanita yang Salah Kaprah

Konsekuensi dari ketertindasan dan tindakan diskriminatif lainnya adalah sikap berontak dan usaha untuk survive, mempertahankan eksistensi diri. Arogansi dan diskreditasi terhadap kaum hawa disebabkan oleh dominasi pria terhadap multidimensi aspek kehidupan. Tindakan kekerasan terhadap kaum hawa berawal dari 3 hal pokok :

1). Low Level Knowledge, tingkat pendidikan kaum hawa yang memprihatinkan, sehingga wawasan terhadap lingkungan dan kehidupan sosial terkooptasi oleh nilai balancing yang tidak padan antara peranan gender dan peningkatan sumberdaya skill.
2). Over Action, menganggap remeh peran utama, posisi, status, dan ruang gerak kaum hawa dalam kehidupan sosial tetapi lebih memprioritaskan diri pada kegiatan/ aktivitas di luar ambang kemampuannya.
3). Powerless Action, secara kodrati fisik kaum hawa berbeda dengan fisik pria. Wataknya yang lemah lembut, tingkat emotion control yang lebih dominan, dan naluri protection needed lebih cenderung pada kaum hawa dibanding pria.

Emansipasi wanita adalah refleksi dari kondisi lingkungan yang membutuhkan sebuah perlakuan terhadap kaum hawa secara adil sesuai kodratnya. Intelektualitas kaum hawa memberi pengaruh positif terhadap keharmonisan kehidupan sosial. Wawasan tentang ruang gerak dan status kewanitaan memposisikan kaum hawa pada lingkungan kehidupan secara proporsional. Titik berat peranan kaum hawa adalah pada pendidikan dan upaya menciptakan animo belajar yang kondusif. Kesabaran, ketelitian, kelembutan, ketelatenan merupakan pilar utama pembangun figur sejati. Peran utama kaum hawa adalah menghandle lingkup batas akhir peran pria. Pengaruh manajerial yang utuh dan lingkungan yang safe, jauh dari tekanan eksternal, pengaruh pergaulan multipersonal tanpa batas memberi efek pada kualitas pendidikan dan wawasan kaum hawa, menggiring kaum hawa pada tindakan melampaui kodrat dan memasuki area dan ruang gerak pria, sehingga kaum hawa tersebut teralienasi yang pada akhirnya memicu upaya adaptasi lingkungan sosial dengan kemampuan terbatas. Di area dan ruang gerak yang berbeda, proses adaptasi lingkungan sosial menguras waktu, cost dan tenaga di samping perhatian dan konsentrasi kaum hawa untuk lebih focus.

Perbedaan gender memiliki potensi munculnya tindakan diskriminatif bila kaum hawa tidak dibekali pengetahuan yang luas dan keterampilan yang memadai dalam mengatasi pengaruh yang muncul akibat kompetisi yang ketat dalam meraih status di lingkungan kehidupan sosial. Contoh, di dalam dunia kerja, peranan kaum hawa sangat signifikan, utamanya pada stabilitas perusahaan dalam menghadapi business competition yang ketat. Manajemen sumberdaya dalam mengatasi tekanan eksternal, dirinya terkadang cenderung menguras sumberdaya perasaan setelah tekanan mental mengusik daya pikir realistis, sehingga membuka celah terjadinya pergeseran skenario koridor dunia kerja berupa eksploitasi sumberdaya kaum hawa yang tersisa, secara ratio dan hitungan matematis, mustahil terjadi.

Sebuah wujud emansipasi wanita yang salah kaprah, ketika kaum hawa memaksa diri melampaui batas kewanitaan mengambil alih peran pria secara multidimensional dan melupakan peran utama yang menjadi prioritas sejak kaum hawa tersebut dilahirkan.

Frekuensi kajian kewanitaan yang tinggi akan melahirkan kesadaran kaum hawa akan batas-batas peran yang patut diambil alih. Kajian kewanitaan yang dimaksud adalah kajian yang mendalam yang tidak terkontaminasi oleh budaya barat yang kapitalis, yang mengajarkan faham emansipasi, sarat dengan kebebasan mengeksploitasi diri kaum hawa yang berorientasi materi, pergaulan bebas yang unnormative menggiring kaum hawa pada kehidupan glamour, dunia hiburan dan berakhir pada nasib kaum hawa menjadi pemuas nafsu pria belaka.

Interpretasi peranan kaum hawa diseluruh aspek kehidupan merupakan awal legitimasi eksistensi kaum hawa keluar dari koridor kodrat. Pemahaman tentang emansipasi wanita yang dangkal menjadi bumerang yang membahayakan bagi kesucian kodrat dan martabat kaum hawa.

Persepsi emansipasi wanita yang ditawarkan oleh Islam adalah sebuah pemahaman emansipasi itu secara proporsional. Namun, ada beberapa pihak yang mengaku pembela hak emansipasi wanita yang mementahkan persepsi tersebut dengan dalih dan topeng slogan kebebasan berekspresi kaum hawa tidak boleh dibelenggu, tidak sedikit kaum hawa yang menganggap persepsi Islam tentang emansipasi wanita tidak sinkron dengan perkembangan zaman serta menganggapnya sebagai sebuah persepsi yang mendikreditkan kebebasan kaum hawa berekspresi.

Fakta dan realita yang mengindikasikan betapa cengkraman budaya barat yang materialistis terhadap kejujuran dalam memahami arti martabat dan kodrat kaum hawa pada porsi yang tidak tepat. Sudah saatnya kaum hawa melakukan upaya redefinisi emansipasi wanita. Untuk menghindari kritik sosial yang notabene berasal dari kaum hawa sendiri yang tergolong peka menangkap makna emansipasi yang sesungguhnya. Hendaknya kaum hawa, para aktivis emansipasi wanita kembali membuka lembaran sejarah emansipasi wanita yang terukir indah beberapa abad yang lalu. Siti Khadijah binti Khuweilid adalah sosok wanita sempurna pelopor emansipasi wanita yang terkenal dalam sejarah Islam, keimanannya terhadap kitab suci Alqur'an mengantarkan dirinya menjadi tokoh yang menterjemahkan emansipasi wanita sejati yang pernah hadir di panggung sejarah kehidupan manusia yaitu dengan pengejawantahan yang sempurna dalam kehidupannya sehingga mampu mengantarkan suaminya menjadi seorang yang tokoh yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan manusia. Sebuah pemahaman emansipasi yang utuh akan melahirkan keharmonisan sejati.

Links